
MATARAM–Kepolisian Daerah (Polda) NTB masih menyelidiki viralnya konten Tik Tok yang didalamnya terdapat emak-emak sedang mandi lumpur di di Desa Stanggor, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng).
Penyidik masih mengumpulkan barang bukti baik data maupun keterangan pihak-pihak terkait. Wakil Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum) Polda NTB AKBP Feri Jaya Satriansyah mengatakan penanganan kasus ini masih di tahap penyelidikan ini, belum disimpulkan adanya indikasi unsur tindak pidana. “Masih mengumpulkan bahan keterangan,” jelasnya.
Penyidik sudah turun ke lokasi pengambilan video ini. Pihaknya menemukan sejumlah alat penunjang live di TikTok, termasuk juga menemukan tempat yang digunakan untuk mandi. Bahkan, polisi juga bertemu dengan orang yang melaksanakan kegiatan tersebut. Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan stakeholder terkait seperti Dinas Sosial dan Dinas Kominfo. ” Saat ini kami masih mengumpulkan fakta-fakta, baik dari pengambilan keterangan maupun dokumen, cek lokasi dan koordinasi dengan stakeholder terkait, guna memperjelas seperti apa peristiwa itu,” katanya.
Tiga warga Desa Setanggor LS perempuan 49 tahun, IR perempuan 54 tahun dan HRT Perempuan 43 tahun ini viral di TikTok karena rela mandi lumpur untuk mendapatkan gift dari para penontonnya. Diketahui, berdasarkan profiling Subdit Siber Ditkrimsus Polda NTB, ketiganya tampil di akun TikTok milik @intan_komalasari92. Berdasarkan wawancara di lapangan. Mereka mengaku secara sukarela menjadi pemeran untuk mandi lumpur dan disiarkan langsung melalui TikTok karena tergiur dengan uang yang didapatkan. Dalam sekali membuat konten, mereka dibayar dari Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 tergantung dari jumlah gift atau penghasilan dari tayangan konten.
Konten kreator Sultah Akhyat menegaskan dirinya tidak pernah memaksa para lansia itu untuk menjadi pemeran dalam konten yang dibuat. Bahkan ia juga menolak jika konten yang dibuat dikaitkan dengan tren pengemis online yang belakangan marak terjadi di dunia maya. “Ini murni bagi kemauan masyarakat terutama yang membutuhkan karena saya tidak pernah memaksa, jadi yang mau ikut mereka datang sendiri ikut live. Saya yang membuat konten di rumah sendiri supaya tidak mengganggu tempat yang lain, dan saya buat dengan modal sendiri mulai dari membuat kolam kemudian HP dan lainnya,” terangnya.
Ia menegaskan sekali membuat konten pendapatan bersih mulai dari Rp 200.000 dan bahkan kalau sampai dua jam bisa sampai jutaan. Pihaknya mengaku tidak setuju dikatakan sebagai pengemis online, mengingat mereka juga membutuhkan modal baik untuk membeli kuota, membuat kolam dan lainnya. “Jadi saya tidak setuju dibilang pengemis, karena kita sudah menggunakan modal membuat konten dan banyak modalnya. Tidak sembarang orang bisa membuat dan dari pemikiran yang banyak juga kita rangkum, karena ada pemikiran istri dan saudara juga,” tambahnya.
Meski menuai polemik dan kecaman dari netizen, namun mereka tetap akan membuat konten selama mendatangkan manfaat untuk warga sekitar. Sehingga saat ini ia akan tetap fokus pada konten yang dibuat karena menurutnya tidak pernah menyalahi aturan atau hukum yang berlaku. “Intinya saya tidak melanggar hukum,” tegasnya. (AL-05)