JAKARTA–Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan bahwa Provinsi NTB berada di urutan empat dari lima provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia dengan prevalensi 32,7 persen. Data stunting di Indonesia diperoleh berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.
Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan tinggi badannya berada di bawah standar. Di posisi pertama diisi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah provinsi dengan angka stunting tertinggi, yaitu dengan prevalensi 35,3 persen. Khusus NTT, data diperoleh melalui perhitungan prediksi menggunakan metode Small Area Estimation (SAE) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Sementara itu, Bali menjadi provinsi dengan angka prevalensi stunting terendah, yaitu 8 persen. Namun secara nasional, angka stunting menurun menjadi 21,6 persen. “Angka stunting untuk tahun 2022 ini turun dari 24,4 persen menjadi 21,6 persen. Jadi, turun sebesar 2,8 persen,” sebut Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes, Syarifah Liza Munira dalam konferensi pers hasil SSGI 2022 di Jakarta, Jumat (27/1/2023) dikutip dari cnbcindonesia.com.
Berikut 5 provinsi dengan angka stunting tertinggi pada 2022.
Nusa Tenggara Timur (35,3 persen)
Sulawesi Barat (35 persen)
Papua (34,6 persen)
Nusa Tenggara Barat (32,7 persen)
Aceh (31,2 persen)
Turunnya angka prevalensi stunting pada 2022 terjadi karena pemerintah memfokuskan sejumlah intervensi spesifik stunting pada masa sebelum kelahiran dan anak usia enam sampai 23 bulan, yaitu screening anemia, konsumsi obat tambah darah remaja putri, pemeriksaan kehamilan, konsumsi obat tambah darah ibu hamil, hingga pemberian MPASI kaya protein hewani bagi anak di bawah usia dua tahun.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia menjadikan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional. Dengan demikian, pemerintah menargetkan angka stunting menurun jadi 14 persen pada 2024.
“Dari yang kami perhitungkan, untuk dapat mencapai 14 persen di tahun 2024 perlu penurunan secara rata-rata 3,8 persen per tahun,” sebut Syarifah terkait target pemerintah.
Sementara itu, dikutip dari laman biroadpim.ntbprov.go.id, percepatan penurunan stunting di NTB membuahkan hasil yang baik. Menurut rekaman data EPPGBM sampai dengan tanggal 16 September 2022 angka Stunting di NTB berhasil turun hingga 16,99 persen. “Alhamdulillah berkat Sinergi kita bersama di NTB penurunan stunting berlangsung dengan baik dari waktu ke waktu apalagi tadi sudah disampaikan beberapa kabupaten kota itu sudah di bawah 10% data IPPGBMnya,” ujar Wakil Gubernur NTB, Dr. Sitti Rohmi Djalilah.
Untuk mempercepat penurunan stunting ini, Wagub meminta 10 Kabupaten/Kota mengawal berbagai program-program yang sudah berjalan, misalnya seperti pemberian tablet tambah darah pada pelajar. Maka dengan sinergi yang terus senada, Wagub optimis NTB mampu menekan angka stunting lebih rendah lagi.
(AL-03/hsy/cnbcindonesia)