MATARAM — Menjelang pelaksanaan Konferensi Provinsi (Konferprov) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Nusa Tenggara Barat pada 2–3 Agustus 2025, suara kritis dari kalangan jurnalis muda mulai bergema.
Sekelompok anggota muda PWI NTB yang menamakan diri Kaukus Anggota Muda menyuarakan harapan dan tuntutan agar Konferprov berjalan secara demokratis, transparan, dan berintegritas.
Melalui pernyataan sikap resmi yang dirilis Jumat (1/8/2025), Kaukus ini menyerukan agar Konferprov tidak semata-mata menjadi ajang pemilihan Ketua baru, melainkan menjadi momentum reflektif dan evaluatif terhadap perjalanan organisasi PWI, sekaligus penentu arah masa depan organisasi yang lebih inklusif, profesional, dan berdaya saing di era digital.
Momentum Koreksi dan Regenerasi
Salah satu penggagas Kaukus, Sukri Aruman, menekankan pentingnya Konferprov dijadikan arena konsolidasi ide dan uji integritas para kandidat ketua. Ia menyebut bahwa PWI NTB harus berani mengevaluasi dirinya secara terbuka dan menghadirkan regenerasi yang berkualitas, bukan hanya berdasarkan senioritas.
“Kita bukan sedang memilih ketua seremonial. Kita sedang memilih pemimpin organisasi profesi yang akan membawa wajah PWI ke publik lima tahun ke depan. Apakah dia punya visi, kemampuan manajerial, atau hanya menjual popularitas? Maka forum Konferprov harus bisa menjadi panggung yang menguji semua itu,” ujarnya.
Menurut Sukri, kehadiran Kaukus bukan untuk membuat gaduh organisasi, melainkan sebagai bentuk partisipasi aktif dalam merawat demokrasi internal dan memastikan proses pemilihan berjalan sehat.
Debat Kandidat dan Fakta Integritas
Dalam pernyataan sikapnya, Kaukus menuntut agar panitia pelaksana menyelenggarakan debat terbuka antar kandidat, lengkap dengan penyampaian visi dan misi secara publik. Mereka menilai debat bukan hanya sarana pengenalan calon kepada anggota, tetapi juga bentuk transparansi dan akuntabilitas calon pemimpin kepada organisasi.
Lebih lanjut, Kaukus juga mendorong seluruh kandidat menandatangani Fakta Integritas, yang mencakup:
Komitmen pada visi dan misi yang ditawarkan,
Kesanggupan menerima hasil pemilihan dengan legowo, dan
Kesiapan untuk mundur secara terhormat apabila tidak mampu menjalankan mandat selama periode kepemimpinannya.
“Kita ingin PWI kembali menjadi tempat yang disegani,” tegas Dedi Suhadi, penggagas Kaukus lainnya.
Polemik Teknis dan Ancaman Friksi
Sejumlah persoalan teknis yang berpotensi memicu konflik internal juga menjadi perhatian Kaukus. Mulai dari dugaan tumpang tindih keanggotaan, ketidakterbukaan terhadap Daftar Pemilih, hingga perubahan syarat pencalonan yang dinilai inkonsisten dengan aturan yang disepakati sebelumnya.
“Banyak anggota bertanya-tanya, siapa yang berhak memilih? Ini yang bisa menimbulkan kecurigaan. Panitia harus segera buka data dan duduk bersama untuk menyelesaikan hal-hal teknis,” ujar Dedi.
Seruan Netralitas dan Bebas Intervensi
Kaukus juga mengingatkan pentingnya netralitas panitia dan kepanitiaan yang profesional dalam menjalankan tugasnya.
Mereka menolak segala bentuk intervensi dari aktor politik luar maupun dari kepentingan internal yang mencoba mendistorsi arah demokrasi organisasi.
“Organisasi profesi seperti PWI harus steril dari kepentingan politik kekuasaan. Bila proses ini ternoda intervensi, maka rusaklah marwah organisasi,” kata Sukri tegas.
Ia menambahkan, bahwa proses regenerasi PWI tidak boleh hanya dimonopoli satu kutub. PWI NTB harus dibuka untuk semua insan pers yang punya integritas, kapabilitas, dan loyalitas kepada profesionalisme, bukan kepada kelompok atau patron tertentu.
Dihubungi terpisah, salah satu anggota senior PWI NTB yang enggan disebut namanya menanggapi positif aspirasi Kaukus Muda.
Menurutnya, inisiatif seperti itu sehat dalam sebuah organisasi.
“Saya kira bagus juga ada suara muda yang menyegarkan. Tapi tetap harus disampaikan dengan cara yang santun, konstruktif, dan tidak merusak forum. Kalau ada kritik, disampaikan di forum resmi. Bukan di media sosial atau warung kopi,” ujarnya.
Sementara itu, seorang panitia pelaksana Konferprov yang dihubungi media ini menolak memberikan komentar rinci, namun memastikan bahwa semua tahapan sedang berjalan sesuai prosedur.
“Kami fokus menyelesaikan tahapan sesuai jadwal. Kami juga terbuka untuk masukan dari semua pihak, termasuk Kaukus Anggota Muda,” ujarnya singkat.
Refleksi dan Masa Depan PWI
Kaukus juga mengajak seluruh anggota PWI NTB untuk memaknai Konferprov sebagai refleksi besar terhadap fungsi dan kiprah PWI selama ini. Bukan sekadar organisasi yang mengurusi UKW atau kartu anggota, tetapi sebagai rumah perjuangan wartawan NTB untuk meningkatkan profesionalisme, perlindungan hukum, dan literasi publik.
“Kita ingin PWI kembali menjadi tempat yang disegani. Kalau proses pemilihan saja kita tidak bisa jaga integritasnya, bagaimana kita akan dipercaya publik?” tutup Dedi.
Menjaga Marwah Organisasi
Dengan mengusung semangat profesionalisme dan partisipasi aktif, Kaukus Anggota Muda PWI NTB berharap Konferprov 2025 menjadi contoh pelaksanaan musyawarah organisasi yang sehat, dewasa, dan bermartabat.
Mereka menekankan bahwa hanya lewat proses yang jujur dan terbuka, PWI NTB bisa melahirkan pemimpin yang visioner dan berdaya dorong untuk organisasi dan anggotanya.
“Kami tidak berbicara atas dasar kepentingan siapa pun, selain demi kemajuan organisasi profesi ini. Inilah rumah bersama, dan sudah saatnya kita merawatnya dengan cara yang lebih bermartabat.” Demikian Sukri Aruman. (AL-03)