Beranda OPINI Industrialiasi Pertanian NTB, Ikhtiar Strategis Mewujudkan Kesejahteraan Peta

Industrialiasi Pertanian NTB, Ikhtiar Strategis Mewujudkan Kesejahteraan Peta

0

 

Oleh : Wahyu Adi Guna, S.TP (Alumni Teknik Pertanian Universitas Mataram)

 

Menjadi provinsi yang pernah mendapatkan julukan “Bumi Gora” adalah suatu kesyukuran dan kebanggan bagi segenap masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB). Julukan ini didapatkan lewat keberhasilan NTB mencapai swasembada beras dan menjadi penyumbang terbanyak swasembada pangan nasional pada tahun 1984. Pada saat itu, pertanian NTB mengaplikasikan sebuah inovasi budidaya padi yang dikenal dengan sistem tanam gogo rancah.

Namun, di lain sisi julukan “Bumi Gora” menjadi tanggung jawab moral bagi seluruh masyarakat NTB tanpa terkecuali. Yakni tanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan para petani yang setia menjadi penopang ketahanan pangan negeri. Meminjam akronim dari seorang Bung Karno (1952), PETANI adalah Penyangga Tatanan Negera Indonesia. Oleh karenanya, kesejahteraan bagi para petani di tanah NTB pada khususnya harus dipastikan untuk segera dapat terwujudkan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB tahun 2019 menyatakan bahwa terdapat 33,48% penduduk NTB bekerja pada sektor pertanian. Untuk kemampuan daya beli petani NTB yang diukur dari Nilai Tukar Petani atau NTP pada bulan September 2022 sebesar 105,14 (BPS, 2022). Namun besaran NTP > 100 tersebut pada realita lapangannya belum mampu menghantarkan pada kesejahteraan petani.

Terdapat 350,06 ribu jiwa penduduk miskin pedesaan di NTB. Menurut Dr. Ardi Adji, M.Si. dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada acara seminar nasional tentang “Kemiskinan Ekstrem di Sektor Pertanian” bulan Juli lalu, sebanyak 55,01% penduduk miskin bekerja di sektor pertanian. Artinya, cita-cita untuk mewujudkaan kesejahteraan bagi para petani di wilayah NTB masih membutuhkan suatu langkah panjang dan upaya yang besar.

Program industrialisasi dari pemerintah provinsi NTB menjadi angin segar bagi sektor dan aktor (baca: petani) pertanian di NTB. Hal ini dikarenakan dari enam sektor prioritas program industrialiasi NTB, dua diantaranya termasuk dalam bidang pertanian yaitu sektor pangan dan hulu agro. Oleh sebab itu, cita-cita kesejahteraan bagi para petani sedikit tidak mendapatkan peluang yang lebih besar untuk segera dapat terwujud.

Industrialiasi pada sektor pertanian adalah suatu gebrakan strategis dalam meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang dapat dirasakan oleh para petani dari komoditas hasil pertanian yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan penjelasan dari gubernur NTB, Dr. Zuelkiflimansyah pada acara roadshow industrialisasi pemprov NTB di Lombok Timur (12/10) bahwa industrialisasi adalah upaya dan kesadaran untuk meningkatkan nilai tambah dengan mengolah, mengemas, ataupun proses lainnya sehingga menambah nilai jual yang lebih kompetitif dan pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka pelaksanaan program industrialisasi, terdapat beberapa hal yang harus diatensi. Industrialisasi merupakan suatu program yang membutuhkan waktu yang tidak singkat dengan persiapan yang kompleks. Beberapa persiapan tersebut antara lain mulai dari aspek infrastruktur yang memadai, kebijakan pendukung, lingkungan, budaya, hingga sumber daya manusia (SDM) sebagai pelaku utama agenda industrialisasi.

Oleh karenanya, pada konteks mensukseskan industrialisasi pertanian NTB, dibutuhkan suatu agenda awal yang terencana dan bersifat segera. Agenda awal tersebut berupa persiapan segenap instrumen yang akan menunjang keberhasilan dari program ini dalam mencapai tujuannya kedepan, yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi para petani.

SDM Handal Untuk Industrialisasi Pertanian NTB

Terdapat beberapa unsur dalam suatu manajemen program. George R. Terry (1992) dalam bukunya “Dasar-Dasar Manajemen”, mengungkapkan setidaknya ada 6 unsur manajemen yang ia sebut sebagai “the sixt M in management”. Salah satu unsur yang fundamental ialah Sumber Daya Manusia (man). Unsur inilah yang memiliki porsi besar dalam menentukan keberhasilan suatu manajemen program untuk mencapai targetnya.

Pemprov NTB dengan visi mewujudkan 1000 cendekia telah banyak mengirimkan mahasiswa asal NTB untuk melanjutkan jenjang studi di luar negeri. Berdasarkan keterangan Ahmad Muslim, S.Pd selaku Kabid Pengembangan Sumber Daya Iptek BRIDA NTB, bahwa sejak tahun 2018 pemprov NTB telah mengirim mahasiswa sebanyak 730 orang. Dari jumlah tersebut, belum ada keterangan mengenai jumlah mahasiswa yang dikhususkan untuk menekuni bidang keilmuan pertanian. Hal ini tentunya dapat menghantarkan pembaca pada suatu kesimpulan bahwa persiapan SDM handal dalam mendukung suksesnya program industrialiasi pada sektor pertanian masih belum maksimal.

Program jangka panjang berupa industrialisasi yang tidak dibarengi dengan persiapan SDM yang handal merupakan suatu kepincangan dalam mewujudkan program ini. Hal tersebut merupakan suatu problem yang dapat menghambat percepatan suksesi program industrialisasi kedepannya. Oleh karena itu, suatu problem solving harus segera dilaksanakan. Salah satunya ialah pemberian kuota khusus dari program beasiswa NTB untuk mahasiswa asal NTB yang berminat melanjutkan studi di luar negeri pada bidang keilmuan pertanian ataupun teknologi industri pertanian.

Mahasiswa yang akan diberikan kepercayaan menjadi penerima program beasiswa NTB, diupayakan agar mengambil salah satu minat pada bidang keilmuan pertanian yang diwacanakan akan difokuskan kedepan sesuai dengan master plan pembangunan. Dengan begitu, alumni yang terlahir dari program beasiswa NTB benar-benar sesuai dengan kebutuhan pertanian daerah dan dapat menunjang agenda industrialisasi dimasa yang akan datang.

Ketika putra-putri daerah telah dipersiapkan dengan matang menjadi SDM yang ahli dan handal, maka suksesi program industrialisasi NTB di bidang pertanian akan segera terwujudkan. Apabila program industrialisasi pertanian NTB sudah dapat berjalan dengan baik, maka para petani akan lebih bisa merasakan keuntungan dari nilai tambah komoditas hasil pertanian yang mereka miliki. Sehingga kesejahteraan para pelaku akar rumput, dalam hal ini para petani akan dapat terealisasi.

Selain sebagai bentuk atensi khusus pemprov NTB untuk mempersiapkan SDM yang ahli dan handal, langkah tersebut juga dapat menjadi solusi dari ancaman krisis regenerasi petani di NTB. Pemberian kuota khusus dari program beasiswa NTB akan menjadi daya tarik yang dapat meningkatkan minat generasi muda NTB untuk menjadi bagian dari regenerasi petani milenial. Tentunya generasi petani milenial yang memiliki gagasan kreatif dan inovatif serta mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menunjang kesuksesan industrialisasi pertanian di wilayah NTB.

Industrialisasi Pertanian Berbasis Masyarakat Setempat

Pada tanggal 17 Desember 2022 yang lalu, NTB kembali merayakan HUT nya yang ke-64. Angka tersebut menunjukkan umur dari sebuah provinsi yang cukup dewasa dan matang. Sebagai suatu wilayah yang telah disahkan sebagai provinsi pada tahun 1958 lewat ditetapkannya UU Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT, maka sudah sepatutnya NTB menjadi provinsi yang maju dengan beberapa sektor unggulannya.

NTB merupakan provinsi yang memiliki lahan pertanian yang begitu luas dan subur. Mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani. Berdasarkan BPS NTB (2022), pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II-2022 masih didominasi oleh sektor pertanian. Bahkan sektor pertanian menjadi penyumbang produk domestik regional bruto atau PDRB terbesar di NTB, yakni sebesar 23,19%. Luasan lahan pertanian berada pada kisaran 226.478 Ha. Terdapat beberapa jenis komoditas pertanian yang menjadi unggulan masyarakat NTB. Diantaranya ialah jagung, tembakau, kopi, bawang dan beberapa jenis komoditas lainnya.

Oleh karenanya, dari data tersebut dapat dihipotesiskan bahwa pertanian adalah salah satu sektor yang berpeluang besar menjadi sektor unggulan provinsi NTB. Namun, permasalahan yang seringkali dihadapi oleh para petani ialah permasalahan pada tahap pasca panen. Komoditas mentah hasil budidaya petani di NTB acapkali menghadapi harga yang relatif rendah serta pasar yang belum berkepastian dan berkeadilan. Dua permasalahan ini telah menjadi momok yang menakutkan bagi para petani untuk melanjutkan aktivitas pertaniannya.

Pada saat ini, agenda industrialisasi pada sektor pertanian di NTB sudah dimulai. Akan tetapi, industrialisasi yang sedang dijalankan baru pada industri berskala menengah bahkan berskala besar. Terbukti dengan adanya pembangunan pabrik pakan terbesar di NTB (Feedmill) yang berlokasi di STIPark Banyumulek dan pabrik minyak kayu putih terbesar kedua se-Indonesia yang berada di kecamatan Tambora. Dua pabrik tersebut merupakan bentuk industrialisai pertanian NTB dalam skala besar.

Industri semacam itu tentunya memiliki beberapa permasalahan dalam pengoperasian dan dampaknya. Pertama ialah bahan baku industri yang belum bisa terpenuhi secara berkelanjutan. Kedua ialah suplai chain atau rantai pasok yang relatif masih panjang. Hal inilah yang menyebabkan keuntungan dari adanya aktivitas industri belum maksimal dapat dirasakan secara langsung oleh para petani.

Sebenarnya industri yang lebih layak dan tepat dikembangkan di wilayah NTB ialah industri berskala kecil atau yang biasa disebut sebagai industri berskala rumah tangga. Jenis industri inilah yang lebih sesuai dengan potensi, kondisi dan budaya serta kearifan lokal yang ada di NTB. Namun industri skala rumah tangga yang dalam pengoperasiannya hanya diserahkan kepada masyarakat setempat lewat IKM ataupun UMKM juga belum dapat berdampak secara maksimal untuk mewujudkan kesejahteraan petani.

Belum maksimalnya manfaat industri berskala kecil tersebut dikarenakan beberapa faktor. Pertama ialah aksesabilitas masyarakat setempat. IKM maupun UMKM merupakan suatu unit industri yang cenderung dimiliki oleh perorangan. Hal tersebut menjadi hambatan bagi para petani setempat untuk mengakses dan memanfaatkan fasilitas industri yang ada untuk mengolah komoditas hasil pertanian yang mereka miliki agar menghasilkan nilai tambah dari proses industri.

Selain itu, keuntungan yang didapatkan dari nilai tambah produk pertanian lewat proses industri cenderung lebih besar mengalir kepada pemiliki IKM maupun UMKM. Sistem semacam ini secara tidak langsung akan menggeser semangat industri berbasis masyarakat menjadi industri yang berekosistem korporasi dimana keuntungan besar hanya akan mengalir kepada pemilik industri, sedangkan para pekerja hanya mendapatkan tetesannya saja. Sehingga faktor-faktor inilah yang menjadi penghambat untuk mencapai tujuan mulia dari diadakannya industrialisasi.

Oleh sebab itu, pembangunan industri kecil berbasis masyarakat setempat yang dikelola penuh oleh mereka harus menjadi salah satu agenda prioritas pemprov NTB dalam rangka suksesi program industrialisasi. Akses dan operasi industri yang dilakukan akan berlandaskan pada konsep dari, oleh dan untuk masyarakat setempat khususnya para petani. Pembangunan unit-unit industri kecil dapat disesuaikan dengan potensi komoditas yang terdapat pada setiap desa di wilayah NTB. Hal ini penting diperhatikan agar industri yang dibangun sesuai dengan sasaran. Dengan begitu, Kelompok Masyarakat Industri atau KMI secara spontan akan menjadi motor penggerak dari agenda industrialisasi pertanian di NTB.

Sebagai contoh, yaitu industri pengolahan pakan ternak di NTB dengan bahan baku yang melimpah. Industri ini dapat dibangun dengan skala rumah tangga yang berbasis masyarakat setempat. Jika satu unit industri kecil ini dapat menghasilkan produk pakan dengan volume dua sampai lima ton per kali proses, maka bagaimana jika jumlah unit industri dengan kelompok yang lebih banyak. Yang pasti target volume produksi tentunya akan terpenuhi. Sehingga kedepannya, bisa jadi NTB akan menjadi salah satu daerah yang dapat menyuplai dan memenuhi kebutuhan pasar nasional terhadap permintaan produk hasil industri pertanian.

Meningkatkan nilai tambah produk hasil pertanian berarti meningkatkan pendapatan masyarakat setempat khususnya para petani. Apabila kelompok masyarakat industri dengan unit industri kecilnya masing-masing sudah menjamur di wilayah NTB, maka tujuan industrialisasi akan dapat juga tercapai. Karena itu, program industrialisasi adalah solusi bagi segenap problem yang seringkali dihadapi oleh para pelaku pertanian di NTB. Jika segenap persiapan dengan perencanaan yang matang serta pelaksanaan yang maksimal, maka besar harapan program industrialisasi pada sektor pertanian NTB dapat menjadi suatu ikhtiar strategis dalam mencapai cita-cita besar, yakni mewujudkan kesejahteraan bagi para petani. (*)

Artikulli paraprakTarif Cukai Hasil Tembakau Naik, Petani Tembakau dan Perokok Kena Dampak
Artikulli tjetërWilayah NTB Berpotensi Diguyur Hujan Sangat Lebat Saat Natal Sampai Tahun Baru

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini